Minggu, 26 September 2010

plan

Presiden: Penanganan Kemiskinan Harus Terencana

Liputan6.com, Jimbaran: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan penanganan kemiskinan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus dilakukan secara sistematis, terencana dan berkelanjutan. "Seperti kita ketahui bersama, memerangi kemiskinan memerlukan langkah sistematis, berkelanjutan dan kebijakan yang terkoordinasi serta didukung sumber daya yang memadai," kata Presiden saat membuka pertemuan internasional yang diselenggarakan oleh Alliance for Financial Inclusion yang berlangsung di Jimbaran, Bali, Senin (27/9).
Kepala Negara menjelaskan, penanggulangan masalah kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu program utama pemerintah dan sejauh ini mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. "Jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan berkurang dari 16,7 persen pada 2004 dari total penduduk menjadi 14,1 persen pada 2009. Meski krisis berlangsung, kita bisa mengurangi jumlah warga miskin menjadi 13.3 persen pada Maret 2010," katanya.
Menurut Presiden, upaya untuk mengurangi angka kemiskinan akan semakin berhasil apabila semua pihak memberikan dukungan termasuk kerjasama secara global. "Penanganan krisis finansial global penting bagi upaya-upaya melawan kemiskinan. Menurut Bank Dunia terdapat 1,4 miliar manusia yang masih hidup dengan pendapatan kurang dari 1,25 dolar per hari," katanya.
Oleh karena itu menurut Kepala Negara inisiatif G-20 sangat penting karena kelompok G-20 saat ini merepresentasikan kekuatan ekonomi internasional saat ini. G-20, kata Presiden menawarkan kerjasama dan penyelesaian masalah perekonomian dengan struktur yang lebih adil dan transparan bagi semua negara.
AFI Global Policy 2010 merupakan pertemuan tahunan ke-2 yang dihadiri oleh anggota Alliance for Financial dan strategic partners. AFI merupakan suatu jaringan global dari para policy makers di negara-negara berkembang yang menyediakan perangkat dan sumber daya untuk berbagi, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan para anggotanya tentang kebijakan di bidang financial inclusion.(Ant/AYB)

trendz

Melly Goeslaw: Lady Gaga Ikutin Gaya Saya!

Kalau boleh ditanya, siapa yang lebih dulu muncul di dunia entertainment. Melly Goeslaw atau Lady Gaga? Lewat Potret, Melly sudah memiliki gaya berpakaian yang unik.

Beri rating item ini (5)
Johan Sompotan, okeZone News - Ming Sep 26, 2010 13:09 WIT
                    Melly Goeslaw. (Foto: Koran SI)
Melly Goeslaw. (Foto: Koran SI)
JAKARTA - Kalau boleh ditanya, siapa yang lebih dulu muncul di dunia entertainment. Melly Goeslaw atau Lady Gaga ? Lewat Potret, Melly sudah memiliki gaya berpakaian yang unik.
Nah, tidak salah jika Melly gerah karena selalu disamakan dengan Lady Gaga . Penyanyi asal Amerika Serikt kelahiran 1986 ini baru mengeluarkan album perdananya 'The Fame' tahun 2008.
"Itu mah Lady Gaga yang mengikuti gaya saya. Saya lebih dulu bergaya seperti itu, baru Lady Gaga ," ujar Melly ditemui di Simprug, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Meskipun sama-sama mempunyai ciri khas tersendiri dalam berpenampilan, akan tetapi pentolan grup musik Potret ini tidak menampik kalau dirinya pun sangat menyukai Lady Gaga .
"Membanggakan lah, yah membanggakan, membanggakan enggak. Yah, tapi memang unik dia ( Lady Gaga ). Jadi sama-sama, saya suka yang unik juga," paparnya.
Lanjutnya lagi, pelantun lagu Bunda ini mengaku jika gayanya yang unik ini akibat terinspirasi dari Bjork serta Tory Amos.
"Dulu tuh aku senang sekali menyontek gayanya Bjork sama Tory Amos, karena Bjork kan bentuk_bentuk badannya juga bunder, terus style pakaiannya cocok. Tapi kalau saya pakaiannya saya desain sendiri," tukasnya.

ujian

REPUBLIKA.CO.ID,PADANG>>Ledakan kasus AIDS di Indonesia perlu penanganan serta penanggulangan lebih serius dari berbagi pihak."Terjadinya ledakan kasus AIDS di seluruh kota/kabupaten di Indonesia saat ini perlu ditangani lebih serius lagi," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, di Padang, Rabu.
Menurut dia, saat ini sebanyak 21.770 kasus AIDS terjadi di seluruh kota/kabupaten Indonesia. Kasus tersebut merupakan ancaman yang sangat serius."Kasus AIDS yang terjadi di seluruh kota/Kabupaten di Indonesia sebanyak itu dihitung hingga 30 Juni 2010," katanya.
Dia menambahkan, rata-rata penderita kasus AIDS tersebut berusia 20 tahun hingga 29 tahun mencapai 37,2 persen."Sedangkan penderita AIDS yang berusia 40 hingga 49 tahun hanya mencapai 11,8 persen saja,"katanya.
Dia mengatakan, dari kasus AIDS tersebut, jumlah perbandingan penderita AIDS laki-laki dan perempuan sebesar tiga berbanding satu."Saat ini sudah ada pergeseran pola penyebaran AIDS, penyebaran terbesar terjadi lewat hubungan seks, bukan lagi jarum suntik," katanya.
Menurutnya, jumlah penderita AIDS dari seluruh Indonesia yang terbanyak di Provinsi Papua diikuti daerah Bali, kemudian DKI Jakarta."Sedangkan penderita HIV yang dominan yakni DKI Jakarta mencapai 9.804, Jawa Timur mencapai 5.973,"katanya.
Dia menambahkan, penyadaran dan pendampingan terhadap penderita HIV/AIDS perlu terus ditingkatkan, agar jumlah mereka dapat diminimalkan."Minimal kita dapat memberikan konseling dan bimbingan terhadap mereka tentang pentingnya kesadaran untuk mau berobat secara teratur, dan menyebarkan hal itu kepada penderita lainnya," katanya

Jumat, 24 September 2010

perasaan

asalmmmmmmmmmmmmmm
berjalan  melewati detk jantung yang tak tergoyahkan apabila semua lini yang kita perjuangkan tanpa pengaturan dan perencanaan dahulu yang lebih matang karena kebanyakan kita selalu mengharapak instan penghasilan tanpa mau berfikir bahwa rezeki maut dan jodoh ada ditangan Yang Maha Kuasa, bukan begitu sob,utuhnya kita hanya bisa berusaha dan berdoa semampu yang kita bisa untuk menghasilkan menciptakan karya terbaik terbagus dari yang kita bisa capai,

Rabu, 22 September 2010

future cild

50 Tahun Mendatang Anak Kita…

E-mail Print PDF
50 tahun yang akan datang, anak-anak kita mungkin sedang mengendalikan dunia dan memenuhi hatinya dengan zikir kepada Allah

50 tahun yang akan datang…


Artiga Photo/CorbisMungkin kita sudah mati dan jasad kita dikubur entah dimana; atau sedang tua renta sehingga harus berpegangan tongkat untuk berjalan; atau sedang menjemput syahid di jalan Allah di hari yang sama dengan hari ketika kita bertemu sekarang dan jam yang sama dengan jam saat kita berbincang; atau kita sedang menunggu kematian datang dengan kebaikan yang besar dan bukan keburukan. Allahumma amin…

50 tahun yang akan datang…


Anak-anak kita mungkin sudah tersebar di seluruh dunia. Saat itu, mungkin ada yang sedang menggugah inspirasi umat Islam seluruh dunia, berbicara dari Mesir hingga Amerika, dari Al-Makkah al-Mukarramah hingga Barcelona . Ia menggerakkan hati dan melakukan proyek-proyek kebaikan sehingga kota-kota yang pernah terang benderang di zaman keemasan Islam, dari Gibraltar hingga Madrid, dari Istambul hingga Shenzhen, kembali dipenuhi gemuruh takbir saat penghujung malam datang. Sementara siangnya mereka seperti singa kelaparan yang bekerja keras menggenggam dunia. Mereka membasahi tubuhnya dengan keringat karena kerasnya bekerja meski segala fasilitas dunia telah ada, sementara di malam hari mereka membasahi wajah dan hatinya dengan airmata karena besarnya rasa takut pada Allah Ta’ala. Rasa takut yang bersumber dari cinta dan taat kepada-Nya.

Ya, mereka gigih merebut dunia bukan karena gila harta dan takut mati, tetapi karena ingin menjadikan setiap detik kehidupannya untuk menolong agama Allah ‘Azza wa Jalla dengan mengambil fardhu kifayah yang belum banyak tertangani. Gigih bekerja karena mengharap setiap tetes keringatnya dapat menjadi pembuka jalan ke surga.

Kelak (izinkan saya bermimpi) anak-anak kita bertebaran di muka bumi. Meninggikan kalimat Allah, menyeru kepada kebenaran dengan cara yang baik¸ saling mengingatkan untuk menjauhi kemunkaran, dan mengimani Allah dengan benar. Tangannya mengendalikan kehidupan, tetapi hatinya merindukan kematian. Bukan karena jenuh dan berputus asa terhadap dunia, tetapi karena kuatnya keinginan untuk pulang ke kampung akhirat dan mengharap pertemuan dengan Allah dan rasul-Nya.

Mereka inilah anak-anak yang hidup jiwanya. Bukan sekadar cerdas otaknya. Kuat imannya, kuat ibadahnya, kuat ilmunya, kuat himmah-nya, kuat ikhtiarnya, kuat pula sujudnya. Dan itu semua tak akan pernah terwujud jika kita tidak mempersiapkannya, hari ini!

50 tahun yang akan datang…

Anak-anak kita mungkin sedang mengendalikan dunia dan memenuhi hatinya dengan zikir kepada Allah. Mereka mungkin sedang mengendalikan jaringan bisnis besar, supermarket–hypermarket hingga perusahaan-perusahaan manufaktur berteknologi tinggi di seluruh dunia.

Sebagian lainnya mungkin sedang memimpin ma’had putri yang setiap alumninya menjadi penentu sejarah dunia. Bukankah al-ummuh madrasah al-ula (ibu adalah madrasah pertama) yang membentuk karakter dan cara berpikir satu generasi di belakangnya? Maka mempersiapkan visi dan kecakapan seorang ibu sama pentingnya dengan mempersiapkan peradaban umat ini lima tahun ke depan. Membiarkan anak-anak perempuan menyibukkan diri dengan hasrat untuk memperoleh perhatian lawan jenis, seperti mengizinkan masa depan agama dan umat ini hancur.

Anak-anak itu harus dibekali agar kelak mampu menjadi perempuan untuk agama ini; yang setiap tutur katanya akan meninggikan kalimat Allah. Sementara rahimnya, tidaklah akan tumbuh benih di dalamnya kecuali generasi yang sejak awal pertemuan sudah bertabur kalimat suci. Bukankah kepribadian itu terbentuk sejak benih bapak-ibunya bertemu? Bagaimana kedua orangtua mereka mempertemukan benih, sangat mempengaruhi bagaimana benih itu kelak akan tumbuh dan berkembang.

Persiapkan pula anak laki-laki kita agar menjadi pemberani bagi agama ini. Mereka menghiasi hidupnya dengan tangis di malam hari, dan usaha yang gigih di siang hari. Mereka mampu menegakkan kepala dengan ‘izzah (harga diri) yang tinggi di hadapan manusia karena kehormatannya, kemuliaannya, keimanannya, dan kekuatannya. Tetapi terhadap istrinya, sikapnya lembut penuh cinta. Bukankah untuk melahirkan anak-anak yang hebat dan shalih, pintu pertamanya adalah mencintai ibu mereka dengan sepenuh hati?

Ketulusan cinta mampu menggerakkan hati para bunda untuk tak henti-hentinya memberi perhatian. Ia tetap mampu tersenyum di saat anak bangun tengah malam, tepat ketika ia baru saja terlelap, meski ada suami yang mencintainya sepenuh hati sepenuh jiwa. Seorang suami yang bukan hanya memberikan harta, lebih dari itu memberikan perhatian dan kesediaannya berbagi.

‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha menangis kagum kepada suaminya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena perhatiannya yang lembut? Sebagaimana dinukil Ibnu Katsir, ‘Aisyah menangis seraya berucap, “Kaana kullu amrihi ‘ajaba (Ah, semuanya menakjubkan bagiku),” tatkala ditanya tentang apa yang paling berkesan baginya dari Rasulullah. Ia kemudian bertutur tentang bagaimana Rasulullah meminta izin kepadanya untuk qiyamul-lail. Hanya itu. Tetapi perkara yang kecil itu tak akan hadir jika tak ada perhatian yang besar.

manfat aset

Memilih Buku Bergizi untuk Anak

E-mail Print PDF
Buku bergizi berbeda dengan buku yang menarik. Sekedar menarik saja tidak cukup sebagai alasan untuk memilih buat anak kita

oleh Mohammad Fauzil Adhim*

Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Begitu judul salah satu buku kesukaan anak saya –yang sekarang sudah tidak berbentuk lagi. Buku itu saya beli sewaktu jalan-jalan dengan anak saya yang ketiga, Muhammad Hibatillah Hasanin. Di rumah, kami memang biasa menjadikan toko buku sebagai tempat jalan-jalan, tujuan rekreasi, dan sekaligus sebagai hadiah terindah bagi anak-anak. Meskipun kadang saya harus belajar menahan diri untuk tidak membeli setiap buku yang menarik, tetapi toko buku tetap menjadi tempat rekreasi terindah.

Kalau ada buku bagus seperti itu, biasanya mereka minta ibunya membacakan. Kadang lampu sudah dimatikan pun mereka masih bersemangat minta dibacakan buku. Sekarang yang lagi semangat-semangatnya membaca adalah Muhammad Nashiruddin An-Nadwi, anak keempat kami yang usianya dua tahun satu bulan. Kadang-kadang bi­ngung juga menghadapinya. Mata sudah mengantuk, lampu sudah dimatikan, tetapi Owi –begitu kami biasa memanggil—masih saja minta dibacakan buku. Apalagi kalau kakaknya turut serta minta dibacakan. Untunglah si sulung, Fathimah, sudah bisa mengajari adik-adiknya sekarang. Sering kalau ada buku bagus, Fathimah yang membacakan buku untuk adik-adiknya. Atau kadang Fathimah membaca buku untuk dirinya sendiri, kemudian adiknya datang ikut nimbrung mendengarkan.

Alhamdulillah, Fathimah sudah lancar membaca semenjak ia masih belajar di Ta­man Kanak-kanak. Tepatnya di TKIT Salman Al-Farisi Warungboto, Yogyakarta. Sekarang usianya tepat enam tahun, duduk di kelas satu SDIT Salman Al-Farisi Klebengan, Yogya­karta. Banyak buku yang ia sukai. Salah satunya adalah seri Ensiklopedi Bocah Muslim. Buku ini merupakan salah satu favorit anak-anak. Saking favoritnya, seri 15 Ensiklopedi Bocah Muslim sudah rusak. Padahal kami beli belum terlalu lama. Owi rupanya meman­faatkan ensiklopedi ini sebagai buku mewarnai. Sementara ia biasa menggoreskan crayon dengan kekuatan penuh.

Ada cerita tersendiri tentang Ensiklopedi Bocah Muslim ini. Sebelum beredar, saya sudah mendengar kabar dari Mas Ali Muakhir –editor di penerbit DAR! Mizan yang menerbitkan ensiklopedi tersebut. Waktu itu saya sedang berada di Bandung. Begitu pu­lang ke Yogya, saya ceritakan kabar dari Mas Ali ini kepada istri saya maupun kepada Fathimah dan adik-adiknya. Antusias sekali mereka. Apalagi ketika saya mendapat undangan peluncuran buku ini di Jakarta. Meskipun saya tidak bisa hadir, tetapi gambar di kartu undangan telah merangsang rasa ingin tahu mereka.

Bulan Maret 2004, ada Islamic Book Fair di Yogya­karta. Salah satu stand men­jual ensiklopedi tersebut. Se­gera saja kami berunding. Fa­thimah punya celengan uang receh di rumah. Adik-adiknya punya celengan juga. Mereka berunding dan sepakat memecah semua celengan mereka. Terkumpullah uang yang membuat mata mereka berbinar-binar. “Wow, Pak. Banyak sekali!” kata Husain, anak saya yang kedua. Tapi uang sejumlah itu tetap masih kurang. Oh, ada tabungan Fathimah di sekolah. Kalau diambil mungkin men­cukupi.

Esoknya tabungan itu diambil dan ternyata masih belum cukup. Lalu Fathimah berkata, “Ibu, bagaimana? Aku kepingin beli ensiklopedi.” Lalu Fathimah dan ibunya berbicara dengan saya, minta supaya ditambah dengan uang saya. Alhamdulillah, ada rezeki. Bisa buat menutupi kekurangan. Ensiklopedi pun kami beli saat itu (Fathim, alhamdulillah ya, Nak. Kita punya sesuatu yang lebih baik daripada TV. Ensi­klopedi harganya lebih mahal, lho daripada TV).

Kembali ke soal buku Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Hasanin segera saja memperoleh kegembiraan tersendiri ketika buku itu dibacakan ibunya. Saudara-saudara­nya ikut serta. Mereka berkumpul melingkar, mengitari kaki ibunya. Mereka terpingkal-pingkal mendengar cerita tentang kaos kaki yang dipakai terbalik. Mereka bergembira. Dan yang lebih menggembirakan saya, Husain dan Hasanin bersemangat pakai kaos kaki sendiri. Tapi di rumah, anak laki-laki tidak biasa pakai kaos kaki–sebagaimana saya sen­diri tidak biasa memakainya. Mereka kemudian belajar pakai celana sendiri dan baju sendiri–ketika itu usia Hasanin belum mencapai tiga tahun. Dan uff… jatuh. Dua kaki masuk satu lubang. Tentu saja sulit bergerak. Dan karena tidak seimbang, segera saja Hasanin terjatuh. Dan lihat apa yang terjadi dengan kakaknya? Rupanya Husain juga demikian. Jadilah mereka saling tertawa.

O ya, masih ada buku lain yang kami beli pada kesempatan berikutnya. Aku Be­rani Minum Obat. Buku tipis ini memberi manfaat yang besar. Saya tidak tahu pasti apakah anak saya terpengaruh oleh buku ini atau terpengaruh oleh cara ibunya meminumkan obat yang cerdas dan menarik. Yang jelas kami syukuri, Owi sangat mudah diminumi obat. Sejak usianya belum satu setengah tahun, ia begitu mudah menerima obat yang disodorkan kepadanya. Kalau pahit? Ia akan segera meminta segelas teh.

Banyak pengalaman menarik dari kegiatan sehari-hari bergaul dengan buku. Membaca buku Aku Sayang Adik (DAR! Mizan), Fathimah menjadi lebih sayang dengan adik-adiknya. Fathimah suka menggendong adiknya, mengajaknya bermain, dan mendiam­kannya apabila menangis.

Ada buku-buku lain yang mengesankan. Tetapi pada kesempatan kali ini, biarlah saya mencukup­kan cerita saya sampai di sini. Ada yang lebih penting un­tuk saya sampaikan. Mengingat begitu kuatnya pengaruh buku –lebih-lebih pada masa kanak-kanak—maka penting seka­li kita perhatikan nilai gizi buku untuk anak-anak kita. Ibarat makanan, kandungan gizi buku sangat meme­ngaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertindak anak. Inilah yang sangat perlu kita perhatikan mengingat usia-usia me­reka merupakan masa paling strategis untuk membangun fondasi kepribadian, termasuk di dalamnya fondasi para­digma berpikir, bersikap dan bertindak. Pada masa-masa ini pula kepekaan emosi anak sangat efektif un­tuk diasah atau justru ditumpulkan.

Kalau David Shenk menggambarkan sebagian besar informasi yang beredar di era informasi sekarang ini sebagai kotoran dan buangan seperti tercermin dalam judul bukunya Data Smog (Ko­toran Data); dan kotoran itu menyebabkan kita mengalami brain meltdown (penurunan kemampuan otak), maka bagaimana lagi jika anak-anak yang–ibarat komputer—operating system-nya belum terbangun kokoh? Sama seperti bayi yang perlu dilindungi dengan memberi makanan terbaik berupa ASI, anak-anak kita yang masih lucu-lucunya itu juga perlu kita lindungi kesehatan pikiran dan mentalnya dengan hanya memberi bacaan-ba­caan bergizi. Melalui bacaan-bacaan bergizi tersebut, mereka akan memiliki kekuatan yang kokoh, imunitas yang tangguh dan rangsangan berpikir maupun mental yang kaya.

Buku bergizi berbeda dengan buku yang menarik. Sekedar menarik saja tidak cukup sebagai alasan untuk memilih buat anak kita. Tetapi buku bergizi yang tidak menarik, sulit membuat anak bergairah membacanya, kecuali kalau orangtua menunjukkan antusiasmenya yang besar atau anak memang sudah gila membaca. Pada sebagian buku yang benar-benar bergizi, baik tulisan maupun ilustrasi benar-benar merangsang pikiran, perasaan dan imajinasi anak.

Kamis, 16 September 2010

kilasannn

Berikut beberapa tips bagaimana cara
mengasah kecerdasan emosi:

1. Selalu hidup dengan keberanian.

    Latihan dan berani mencoba hal-hal baru
    akan memberikan beragam pengalaman dan
    membuka pikiran dengan berbagai
    kemungkinan lain dalam hidup.

2. Selalu bertanggung jawab dalam
    segala hal.


    Ini akan menjadi jalan untuk bisa
    mendapatkan kepercayaan orang lain dan
    mengendalikan kita untuk tidak mudah
    menyerah. "being accountable is being
    dependable"


3. Berani keluar dari zona nyaman.

    Mencoba keluar dari zona nyaman akan
    membuat kita bisa mengeksplorasi banyak
    hal.

4. Mengenali rasa takut dan mencoba
    untuk menghadapinya.


    Melakukan hal ini akan membangun rasa
    percaya diri dan dapat menjadi jaminan
    bahwa segala sesuatu pasti ada
    solusinya.

5. Bersikap rendah hati.

    Mau mengakui kesalahan dalam hidup
    justru dapat meningkatkan harga diri
    kita.

So, kuasailah kecerdasan emosi Wawan!

Karena mengendalikan emosi merupakan
salah satu faktor penting yang bisa
mengendalikan Wawan menuju sukses dan
juga menikmati warna-warni kehidupan. :-)